Selamat Datang di Blog Bang Muis

Tiada yang lebih penting dalam hidup ini selain memberi makna atas apa yang telah di jalani, setiap tapak kehidupan hendaklah bermakna, bagi ku, bagimu, bagi semua... dan tapak tapak yang mengukir sejarah atas peradaban adalah tapak berharga, yang akan diingat manusia sepanjang masa, sebagaimana orang terdahulu melangkahkan tapaknya, adapun tapak ku dimulai hari ini,.. di saat ku menyadari betapa banyak kesia-siaan yang ku alami.. Allah,.. ampuni aku

Senda Gurau

Diposting oleh Khumainy Senin, 09 Maret 2009


akhirnya, setelah sekian lama baru kali ini bisa di dokumentasikan, perbuatan anak-anakku yang tiap malam terus menimpaku menjelang tidur, bahkan sudah di atas ranjang sekalipun. yang besar minta kursi goyang yang kecil mencari kutu,.. anak anda sering demikian?? tentu saja tapi dalam bentuk yang berbeda bukan?, buah hati yang dua ini memang suka usil sama ayahnya, sama sekali tidak boleh lengah, apalagi kalau sedang kerja di depan komputer, wuih... merekalah yang lebih sibuk dari pada aku sendiri yang punya kerjaan, sebagai orang yang berusaha menjadi ayah yang baik, tentu saja ku layani mereka berdua karena rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sangat menganjurkan untuk bersenda gurau dengan anak, tentu saja gurauan yang mendidik. adapun bentuk rasa kasih-sayang yang dapat dicurahkan kepada anak, salah satunya adalah dengan mengikuti pola pikir mereka agar dapat terlibat dalam senda gurau bersama mereka. Inilah yang diajarkan dalam Islam seperti dalam perilaku Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Bagaimana bentuk dan konteks keterlibatan kita ini? mari ikuti kajiannya


3 Ikut Serta Bersenda Gurau Dengan Anak- anaknya Yang Masih Kecil

Sebagian orang berlebihan memberikan kesempatan anak-anak mereka bersenda gurau, sehingga hampir seluruh waktunya terbuang sia-sia demi bergurau dengan anak-anak mereka. Sebagian lainnya sibuk dengan kegiatannya dan sangat merasa rugi kalau waktunya digunakan untuk bermain dengan anak-anaknya, maka terbentuklah pribadi anak-anak sebagaimana akhlak dan perangai orang tua mereka. Tidak mengherankan apabila ada anak yang berkarakter kocak, tidak pernah serius, dan selalu meremehkan sesuatu walaupun itu penting. Atau sebaliknya, ada anak yang selalu serius, tidak pernah tersenyum, mudah tersinggung, dan sebagainya.

Tidak selamanya senda gurau itu tercela. Suatu ketika manusia membutuhkannya. Akan tetapi kebutuhan ini sebatas kebutuhan garam untuk setiap masakan, yang apabila kebanyakan garam berakibat masakan menjadi jelek, begitu pula apabila kurang garam menyebabkan masakan akan hambar, sebagaimana diungkapkan oleh Abul Fath al-Basti:

"Akan tetapi apabila engkau ingin bersendau gurau, hendaklah... hanya sebatas garam yang kau berikan pada makanan."

Perlu kita ingat bersama, canda dan senda gurau Rasulullah yang patut kita tiru mempunyai beberapa keistimewaan. Di antaranya, Rasulullah bercanda tetapi tidak dengan kedustaan, canda Rasulullah tidak sampai mengurangi martabat dan wibawa beliau, dan canda beliau tergolong sedikit hanya sebatas kebutuhan saja.

Itulah beberapa kriteria senda gurau yang dapat menimbulkan rasa kasih dan sayang, mengusir perasaan-perasaan yang kurang berkenan, membuat orang betah bergaul dengan sesamanya, dan lain-lain. Apabila senda gurau itu dibutuhkan oleh orang dewasa, maka anak-anak yang masih kecil akan lebih membutuhkan senda gurau tersebut. Untuk itulah suri teladan kita, Rasulullah, kadang bersenda gurau dengan anak-anak kecil dengan berbagai cara yang berbeda menurut keadaan dan kebutuhan masing-masing. Di antaranya:

3.1 Kadang-kadang dengan menyebut gelaran atau sebutan yang menarik bagi anak kecil

Ada seorang sahabat Nabi yang bernama Abu Thalhah. Dia mempunyai putra yang masih kecil. Suatu ketika Rasuiullah menemuinya dalam keadaan sedih, lalu Rasulullah bertanya pada orang tuanya kenapa anak ini sedih. Mereka mengatakan, seekor burung sejenis burung pipit yang biasa jadi mainannya telah mati. Lantas Nabi menegur dengan gelaran untuk menghibur kesedihan anak ini dengan mengatakan:

"Wahai Abu Umair, apa yang dilakukan an-nughair?"12

An-nughair adalah pengecilan nama dari burung sejenis burung pipit tersebut. Rasulullah menggelari anak ini dengan Abu Umair (bapaknya Umair) padahal anak ini masih sangat kecil, dan ini dimaksudkan untuk menghibur dan bergurau dengan anak yang sedang sedih ini.

Pada kesempatan yang lain Rasulullah memanggil Anas bin Malik dengan bercanda:

"Wahai sang pemilik dua telinga!"13

3.2 Kadang-kadang dengan menggendong dan meletakkannya di atas pundaknya

Seorang sahabat yang bernama al-Barra' bin Azib mengatakan, "Aku pernah melihat Rasulullah, sedangkan al-Hasan bin Ali berada di atas pundak beliau seraya beliau mengatakan:

"Wahai Alloh, sungguh aku mencintainya (al-Hasan yang sedang berada di atas pundak Nabi), maka cintailah dia."14

Pada kesempatan lain, pernah Rasulullah menggendong cucu perempuannya yang bernama Umamah ketika sedang dalam shalatnya, apabila beliau hendak sujud beliau letakkan cucunya, dan apabila berdiri beliau gendong.15

3.3 Kadang-kadang dengan mendekap anak kecil dari belakang kemudian anak itu disuruh menebaknya

Ada seorang sahabat yang masih kecil dari kalangan penduduk gurun, bernama Zahir. Anak ini bermuka buruk tetapi Rasulullah suka dengannya. Suatu ketika Nabi melihatnya menjual sesuatu di pasar. Lalu Nabi segera mendekapnya dari belakang sedangkan anak ini tidak bisa melihat siapa yang mendekapnya. Lantas ketika tahu bahwa yang mendekapnya adalah Rasulullah maka anak ini senantiasa menempelkan punggungnya ke dada Rasulullah karena dia cinta kepada beliau.16

3.4 Kadang-kadang dengan menyemburkan air ke wajah anak kecil atau sekedar menjulurkan lidahnya supaya anak itu senang

Ada lagi sahabat lain yang masih tergolong sangat kecil yang 'mendapatkan' sendagurau Rasulullah, yakni Mahmud bin ar-Rabi', dia mengatakan:

"Aku masih ingat dengan semburan air dari satu ember yang dulu pernah Rasulullah semburkan dari mulutnya pada wajahku. Saat itu aku masih berumur kira-kira lima tahun."17

Pada kesempatan lain, sahabat Abu Hurairah pernah menceritakan:

Dari Abu Hurairah dia berkata,

"Pernah dulu Rasulullah, menjulurkan lidahnya kepada al-Hasan bin Ali. Tatkala melihat lidah Rasulullah yang merah, al-Hasan merasa riang gembira dengannya."18

Demikianlah, beberapa akhlaq Nabi kita yang mulia terhadap anak-anak. Mudah-mudahan bisa menjadi siraman hati dan melunakkan hati yang keras sehingga menjadi lembut sesuai dengan kebutuhan anak-anak yang memang membutuhkan kasih sayang dan kelembutan dari orang tuanya. juga, mudah-mudahan hati kita tidak menjadi kering atau bahkan mati -na'udzu billah min dzalik- dari perasaan tersebut.

Wahai para orang tua, bersegeralah mengoreksi diri! Kasih sayang dan kelembutan ataukah kekerasan dan pukulan yang telah kita berikan kepada buah hati kita? Wallohu A'lam.


Catatan Kaki

...11
HR. Bukhari 5190, Muslim 892.
...12
HR. Bukhari 6129, Muslim 2150.
...13
HR. Abu Dawud dan Tirmidzi. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Mukhtashar asy-Syama'il al-Muhammadiyah no. 200.
...14
HR. Bukhari 3749, Muslim 2422.
...15
HR. Bukhari 516, Muslim 2/181.
...16
HR. Ahmad dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh al-Albani dalam Mukhtashar asy- Syama'il al-Muhammadiyah no. 205.
...17
HR. Bukhari 77.
...18
Lihat Silsilah ash-Shahihah 70.


Disalin dari Majalah Al Furqan Edisi 6 Tahun V / Muharram 1427

0 komentar

Posting Komentar

Lencana Facebook

Comment Anda